Thursday, May 28, 2009

WHY WORRY?

There are only two things in life to worry about: Whether you are well or whether you are sick.

If you are well, then there is nothing to worry about.

But if you are sick, there are only two things to worry about: Whether you are going to get well or whether you are going to die.

If you get well, then there is nothing to worry about.

But if you die,there are only two things to worry about: Whether you are going to go to heaven or whether you are going to go to hell.

If you go to the heaven, then you have nothing to worry about.

But if you go to hell, you’ll be so busy shaking hands with all your friends, that you won’t have time to worry!

SO, WHY WORRY?
BE HAPPY!
Read More..

SEE THE BRIGHT SIDE OF THINGS

If you find yourself stuck in traffic; Don't despair. There are people in this world for whom driving is an unheard of privilege.

Should you have a bad day at work; Think of the man who has been out of work for years.

Should you despair over a relationship gone bad; Think of the person who has never known what it's like to love and be loved in return.

Should you grieve the passing of another weekend; Think of the woman in dire straits, working twelve hours a day, seven days a week to feed her children.

Should your car break down, leaving you miles away from assistance; Think of the paraplegic who would love the opportunity to take that walk.

Should you notice a new gray hair in the mirror; Think of the cancer patient in chemo who wishes she had hair to examine.

Should you find yourself at a loss and pondering what is life all about, asking what is my purpose? Be thankful. There are those who didn't live long enough to get the opportunity.

Should you find yourself the victim of other people's bitterness, ignorance, smallness or insecurities; Remember, things could be worse. You could be one of them.

Should you decide to send this to a friend; Thank you, you may have touched their life in ways you will never know!

Read More..

Monday, May 18, 2009

HIDUP INI MENGAGUMKAN

Kepemimpinan adalah sebuah kewajiban dan privilesi dari setiap orang, baik tua maupun muda, karena didasarkan terutama pada apa yang kita lakukan. Kita bertanggung jawab terhadap apapun yang harus kita lakukan sendiri. Jika kita menikmati privilesi ini dan memikul tangung jawab, maka kita akan tumbuh; jika kita mengabaikan kesempatan kita, maka kita bergabung terhadap memudarnya warna kemanusiaan. Pengalaman paling mengagumkan dalam kehidupan adalah proses belajar. Masa-masa paling menyedihkan adalah ketika seseorang berpikir bahwa dia telah cukup belajar.

Pernah mendengar seseorang berkata seperti ini: "Ini telah saya pelajari"? Tahukah Anda apa yang telah dia pelajari? Tidak ada!


Saya sendiri baru hampir belajar dari satu hal, dan itu adalah bahwa proses belajar hidup adalah mengagumkan! Kita tak pernah berhenti tumbuh hingga kita berhenti belajar, dan orang yang mempelajari kebenaran sederhana ini akan semakin dewasa.

Anda tidak perlu mempelajari semua metode dan teknik hidup, tetapi Anda harus menjadi orang yang bersikap realistis dalam "belajar hidup" jika Anda ingin memimpin secara dinamis, karena kepemimpinan tak lebih dari hidup itu sendiri. Orang yang tak memimpin siapapun di dalam kehidupannya berarti ia tidak hidup. Apakah Anda sadar atau tidak, orang-orang lain memimpin Anda di setiap bidang hidup Anda, baik itu dalam hal baik atau buruk. Dan dengan setiap kejadian yang lewat, maka tanggung jawab kepemimpinan Anda akan meningkat. Orang yang menyadari hal ini tidak akan pernah bosan, tetapi orang yang melupakan dan mengabaikannya akan mati jauh sebelum pemakamannya.

Belajar hidup dimulai dengan mengembangkan sikap positif dan visi dalam Anda.

Pertama, Anda harus belajar mengatakan sesuatu yang positif setiap saat kepada setiap orang.

Mungkin Anda mengatakan hal ini tidak mugkin. Toh saya tidak mengatakan Anda harus melakukannya; tetapi saya mengatakan untuk belajar melakukannya.

Bisa jadi bahwa sembilan puluh sembilan persen dari percakapan kita adalah negatif. Beberapa orang tidak bisa mengerem mulutnya untuk terbuka dan menyampaikan sesuatu yang negatif. Yang saya maksudkan disini adalah tentang pesimisme. Saya yakin bahwa kita bisa mengatakan sesuatu yang positif kepada setiap orang tentang setiap hal setiap waktu jika kita menginginkannya.

Coba perhatikan efek yang berbeda dari pernyataan berikut ini: "Hujan ini merobohkan segalanya!" dan "Lihatlah pelangi yang indah itu!" Jika Anda menanamkan kebiasaan mengatakan sesuatu yang positif kepada setiap orang, maka Anda tidak harus mengatakan apapun kepada setiap orang; citra Anda akan mendorong terciptanya atmosfir positif kemanapun Anda pergi.

Kedua, belajarlah melihat sesuatu yang positif pada apapun yang terjadi.

Pernahkah Anda menyadari betapa cepatnya pikiran kita melompat pada kesimpulan-kesimpulan negatif tentang apa yang kita lihat dan dengar? Sebagai contoh, ketika seseorang menelepon Anda dan berkata, "Ini dari atasanmu." Apakah pikiran pertama Anda: "Luar biasa, apa dia mau menaikkan gajiku"? Saya yakin tidak, dan kebanyakan dari kita akan bereaksi: "Kali ini apa yang harus saya lakukan?" atau, "Siapa yang telah memberitahunya?"

Saya percaya bahwa salah satu kebiasaan terpenting yang perlu kita gali adalah mencari sesuatu yang positif dari apapun yang terjadi. Jika seseorang ingin mencari sesuatu yang positif di dalam situasi apapun, dia bisa. Masalah yang sebagian besar kita alami adalah kita tidak menginginkannya. Hal-hal terbaik di dalam kehidupan tidak datang dengan mudah; tetapi datang dengan bebas.

Ketiga, Anda harus belajar untuk melihat sesuatu sebagai hal besar yang tetapi sederhana.

Adalah penting untuk belajar bahwa betapapun besarnya atau sederhananya sesuatu, Anda tidak akan pernah mencapai akhirnya. Kadang-kadang kita mampu berkinerja baik di satu bidang tetapi mengorbankan bidang lain.

Ketiga hal di atas tidak berarti bahwa segalanya semakin mudah, tetapi sebaliknya. Kita tahu bahwa ketika seseorang mulai tumbuh, maka hambatan-hambatan semakin besar dan baik. Tetapi ada kesenangan dan kemajuan dalam usaha – dan hidup semakin mudah ketika Anda meluncur menuruni bukit-bukit berbatu.

MENGAPA – BUKAN BAGAIMANA

Pernahkah Anda memperhatikan betapa banyaknya orang yang menghabiskan waktunya untuk belajar BAGAIMANA MELAKUKANNYA? Dan setelah mereka belajar, mereka berhasil melakukan sedikit hal sebelum mereka mencari lagi teknik yang baru. Ketika mereka telah menguasainya, ada pula orang lain yang mengajukan teknik baru. Walaupun kompetensi teknis di bidang apapun adalah hal penting, kunci terhadap penggunaan suatu teknik adalah CARI TAHU-MENGAPA.

Anda dapat saja mengajari seseorang bagaimana mengerjakan sebuah tugas, tetapi itu tidak menjamin dia akan berhasil. Biarkanlah dia mencari tahu mengapa dan dengan sendirinya dia akan belajar bagaimana meskipun ada banyak hambatan. Kuncinya bukan bagaimana hidup tetapi mengapa kita hidup. Rangsangan ini akan menjaga kita tetap tumbuh sebagai pribadi.
Read More..

BANGKIT DARI KETERPURUKAN

Masa-masa paling indah dalam hidup kita adalah masa dimana kita mampu bangkit dari kejatuhan yang dalam. Satu kuncinya: Keinginan untuk berubah dan disiplin untuk melakukannya.

Saya memulai babak kehidupan baru, atau saya menyebutnya lahir baru, pada tahun 2003 ketika usia mencapai 28 tahun. Pada masa itulah saya melihat diri saya adalah orang yang berbeda dari sebelumnya. Dari yang sebelumnya menjalani hidup berjalan apa adanya tanpa makna, saya berubah menjadi orang yang begitu bersemangat dan bahagia. Dua kata terakhir ternyata memiliki korelasi yang kuat. Awalnya saya hanya mengupayakan dan mempraktekkan semangat hidup dalam berbagai hal. Saya selalu mengucapkan kata Semangat!! Semangat!! setiap hari sebelum memulai apapun. Tanpa saya sadari ternyata efeknya luar biasa. Saya bahkan mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya jauh dari bayangan saya. Sebagai contoh, saya mampu bekerja tak kenal lelah menerjemahkan naskah-naskah berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia lebih dari 15 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Tidur hanya 3-5 jam setiap hari selama bertahun-tahun.

Efek lain dari semangat yang saya tempakan pada diri sendiri adalah perasaan yang selalu gembira dan optimis. Saya yang awalnya minder dan kuper (kurang pergaulan) menjadi ringan dalam bergaul dan menghadapi beragam tantangan. Saya sangat bersyukur berkali-kali mendapatkan cobaan hidup. Bahkan yang terberat sekalipun, yang membuat saya hampir gila. Ini telah membentuk jiwa positif di dalam diri saya. Ketika saya menemukan suatu masalah, saya berkata kepada diri sendiri, Ah, kemarin saja saya mampu melewati masalah yang membuat saya hampir gila. Ini tidak berarti mengecilkan masalah, namun memompa diri untuk berpikir dan bersikap positif dan optimis. Bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Bahkan kalau kita berpikir lebih jauh lagi, setiap masalah pasti membawa solusinya masing-masing. Bukankah Tuhan juga tidak akan memberi kita masalah yang di luar kemampuan kita untuk mengatasinya?

Saya menyadari betapa penting dan kuat hubungannya sikap positif ini terhadap kesuksesan. Karena sikap adalah segalanya. Karena sikap adalah pondasi bagi apapun yang kita lakukan.

Satu hal yang perlu saya tekankan dalam hal sikap positif adalah bahwa: Kita tidak dapat memiliki sikap positif hanya dengan membaca sebuah buku. Yang perlu kita lakukan dari buku-buku yang mengupas tentang sikap positif adalah mempelajarinya, memikirkannya, mengatakannya, dan yang terpenting, mempraktekannya dalam setiap menit kehidupan sehari-hari. Ini memerlukan disiplin diri. Dan disiplin pun tidak bisa kita peroleh hanya dengan membaca buku. Buku-buku tentang sikap positif tidak akan bisa mengubah disiplin atau pola berpikir kita; mereka hanya memberi kita pelajaran-pelajaran yang dapat diambil. Disiplin berfokus pada diri kita. Disiplin memerlukan upaya yang terus-menerus.

Dari mana sikap positif berasal? Ia berasal dalam diri sendiri. Sikap positif tidak berhubungan dengan apa yang terjadi pada diri kita, tetapi apa yang kita lakukan dengan kondisi yang terjadi pada diri kita dan bagaimana reaksi kita terhadapnya. Sikap positif berasal dari kemampuan kita untuk memproses pikiran dengan cara positif, apapun kondisi yang melingkupi kita. Dan, seperti semangat yang selalu saya katakan dan praktekkan, sikap positif tidak pernah 100% kita alami. Meskipun kita telah dan harus mengupayakan bersikap positif setiap saat, ada masa dimana sikap ini akan naik dan turun mengikuti proses berpikir dan sekuat apa kita terhadap lingkungan luar. Berita baiknya adalah bahwa semakin Anda bergulat dan mempraktekkan sikap positif, semakin kecil kerentanan kita terhadap aspek negatif.

Dari perspektif itulah saya bisa menjalani hidup dengan riang. Tiada hari yang saya lewatkan tanpa bersenandung.

Selain itu, saya juga semakin mampu membuat joke/lelucon. Joke yang saya keluarkan bukan hanya untuk menghibur orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri. Artinya ketika orang lain tertawa mendengar joke saya, sayapun ikut tertawa karenanya.

Kondisi ini tidak terjadi dengan sendirinya. Seperti pikiran positif, kebahagiaan akan datang jika kita berpikir bahwa ia akan datang. Kebahagiaan akan muncul jika kita memunculkannya. Sebagai tambahan, kita mendapatkan pikiran positif dan kebahagiaan sepanjang hidup kita. Keduanya berkaitan erat dengan keluarga, lingkungan, teman, dan apapun yang terpapar pada kita. Selain itu keduanya juga didasarkan pada pengalaman kita di sekolah, dengan teman, pada pekerjaan, dan episode-episode lain yang membentuk hidup kita.

Pelajaran yang dapat kita tarik dari penjelasan tersebut adalah bahwa jika kita tumbuh di dalam keluarga yang tidak bahagia, maka diperlukan perjuangan keras untuk bisa menjadi orang yang bahagia. Ini juga yang telah menimpa saya. Ketika perkawinan pertama saya yang hanya bertahan kurang dari dua tahun adalah disaster, maka saya harus berjuang luar biasa keras untuk menjadi seperti yang sekarang. Bagaimana dengan mereka yang mengalaminya lebih lama? Tentu saja diperlukan upaya yang jauh lebih keras lagi, yang seringkali harus melibatkan pihak lain. Melibatkan orang lain pun kadang-kadang malah menambah masalah bagi seseorang, jika ia salah dalam memilihnya.

Read More..