Friday, November 27, 2009

SAVE ELECTRICITY

DID YOU KNOW?
Forty percent of your home’s electronic energy is used while your electronic devices are turned off, adding up to 10% of your electric bill. This is caused by ‘phantom power’ sucking electricity from the wall socket. Many electronic devices, appliances, power tools, cell phone chargers, and other gadgets draw power even when they’re on standby, switched off or not in use, just by being plugged in.
Therefore, UNPLUG devices when not in use or plug all devices into a power strip, then turn off the power strip with a single switch.

REDUCE AIR CONDITIONER USAGE
AC accounts for 16% of your electric bill. Setting the temperature 2oC warmer saves on your electric bill. Clean your AC once every 3-6 months. Buy energy efficient AC.
Whenever possible, keep cool without AC: strategically planting trees around the house reduces AC needs by 30%-58%; opening opposite end windows to pull out air through the house improves cross ventilation; block sunlight during hot hours of the day with awnings, blinds, or curtains; use fans, which use only 3% of electricity, to move air throughout the house.

USE REFRIGERATOR WISELY
Refrigerator accounts for 15%-20% of your electric bill and it’s the biggest energy-consuming kitchen appliance in a home, almost 5 times than the average television. Ideal fridge temperature is 2.5oC to 4.5oC, ideal freezer temperature is –18oC to –15oC. Placing refrigerator away from heat source and closing the doors quickly saves electricity.
Read More..

MENJADI ORANG YANG BERBEDA

Pemimpin atau wirausaha bukanlah orang yang mudah cocok, kecuali dalam hal ketaatan mereka terhadap nilai inti. Namun dalam bisnis, banyak orang berpegang teguh pada pola yang mereka percayai, yaitu terhadap mayoritas yang dianggap prasyarat bagi persetujuan dan keberhasilan. Dengan anggapan ini, maka bisnis menjadi mangsa mitos mendasar – bahwa mayoritas secara otomatis dan tanpa terkecuali selalu benar. Namun mayoritas tidaklah maha tahu semata-mata hanya karena dia adalah mayoritas. Bahkan orang yang mengabaikan pendapat sebenarnya mendatangkan keberhasilan yang lebih kreatif.
Karena anggapan mayoritas ini pula, seringkali kita mematikan ide-ide dan pemikiran brilian. Memang mereka yang mengikuti kata hatinya awalnya selalu disalahmengerti, bahkan difitnah, sebelum akhirnya dipuji dan meninggalkan prestasi. Mereka dibimbing oleh apa yang benar bagi mereka, bukan apa yang benar bagi masyarakat. Meniru tanpa banyak tanya mereka yang mengikuti jalur buatan yang membuat kita yakin sebagai satu-satunya jalan, telah mengabaikan individualitas kita.
Para peraih dunia bisnis yang inovatif dan lapar akan informasi akan senantiasa melanjutkan sikap yang berbeda/unik. Mereka tidak terbawa arus, mereka berpakaian dan berperilaku tanpa mempedulikan apakah konvensional ataukah tidak karena dengan cara itulah mereka merasa nyaman. Bukan untuk menjadi terkenal atau diberi label penentang. Itu hanyalah cara mereka untuk menjadi diri sendiri. Menjadi berbeda adalah memiliki keberanian untuk berkata 'tidak' terhadap sesuatu karena hal itu bertentangan dengan jalan mereka, bahkan ketika mayoritas memberikan pernyataan 'ya' untuk hal yang sama.
Read More..

Wednesday, November 25, 2009

PLANT A TREE!

Half the world's forests have already been cleared and burned, and 80% of the remaining have been seriously degraded. Help reduce global warming! Planting trees is the most effective and one of the cheapest ways for you to help balance the CO2 you generate daily.
Why should you plant a tree? A single tree absorbs about 1 ton of CO2 during its lifetime, provides shade and releases water vapor, lowering air temperature and cooling the earth surface.
Every tree reduces the greenhouse effect by giving off oxygen during photosynthesis and absorbing up to 60% of CO2 and other air pollutants. Every tree provides oxygen enough for 3 people to breathe. A tree reduces topsoil erosion by capturing rainfall in its crown to slow down water run-off. Trees in forests store 50% of the world's carbon. Trees also reduce 50% of urban noise pollution by acting as a buffer. Read More..

Saturday, November 21, 2009

KEJUJURAN

Kebiasaan hidup kita itu akan membentuk karakter diri kita sendiri dan sangat menentukan siapa diri kita di masa depan. Kejujuran merupakan sikap positif yang perlu ditanamkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, di bidang apapun. Kejujuran merupakan salah satu resep suksesnya kehidupan kita. Kejujuran menjadikan kita pribadi yang matang dan tidak memiliki ganjalan hati. Sebaliknya, ketidakjujuran atau kebohongan adalah penyakit hati yang harus dibuang jauh-jauh karena efek dari kebiasaan berbohong ini sungguh sangat besar.
Saya ingat dengan satu ungkapan menarik yang mengatakan bahwa ketika kita berbohong 1 kali, itu sama artinya kita telah berbohong 11 kali. Ini terjadi karena kebohongan yang pertama akan ditutupi dengan kebohongan-kebohongan berikutnya. Contohnya begini. Seorang ayah bertanya kepada anaknya:
Ayah : Nak, dari mana saja kamu, kok jam segini baru pulang?
Anak : Dari mengerjakan tugas kelompok, Pa. (Padahal ia bermain PS) (Bohong 1)
Ayah : Tugas apa yang kamu kerjakan?
Anak : Bahasa Inggris, Pa. (Bohong 2)
Ayah : Di rumah siapa?
Anak : Di rumah Anu, Pa. (Bohong 3)
Dan seterusnya…
Ada kisah menarik tentang kejujuran dan kebohongan ini. Alkisah tersebutlah seorang pengusaha kaya raya yang memiliki 2 orang anak yang tinggal di 2 desa yang berbeda. Karena dia bingung menentukan siapa yang akan meneruskan bisnisnya, dia memanggil kedua anaknya dan berkata: "Anak-anakku, saya akan memberi kalian masing-masing 1 bakul benih padi. Pergilah ke desa kalian masing-masing dan tanamlah benih padi wasiat keluarga ini. Setahun dari sekarang, bawalah hasilnya kesini. Siapa yang membawa hasil lebih banyak akan saya beri hadiah."
Kedua orang inipun pulang ke desa masing-masing. Selang setahun kemudian, kedua orang ini kembali ke rumah ayahnya.
Dari kejauhan ayahnya melihat yang sulung membawa padi yang banyak sekali. Sedang yang bungsu tidak membawa padi sebijipun.
Maka sang ayah tahu bahwa anak yang tidak membawa apa-apa inilah yang jujur. Sehingga si bungsu ini tidak hanya mendapat hadiah, tapi seluruh kekayaan sang ayah diberikan semua kepadanya. Sang sulung sempat bingung, kenapa si bungsu yang mendapat hadiah padahal dia yang malah membawa padi lebih banyak.
Sang ayah menjawab, "Padi yang saya berikan dulu adalah padi yang sudah masak. Jadi tidaklah mungkin bisa ditanam dan tumbuh. Kalau kamu ingin menjadi orang besar dan sukses, kamu harus jujur kepada dirimu sendiri, jujur kepada pelangganmu, jujur kepada siapapun."
Read More..

Saturday, November 14, 2009

THE POWER OF KEPEPET

Anda pernah berada pada posisi kepepet atau terdesak? Apa yang Anda lakukan? Saya sendiri pernah dan beberapa kali berada pada posisi kepepet. Dari pengalaman kepepet yang saya alami, saya dapat menarik kesimpulan bahwa posisi kepepet atau terjepit atau terdesak memiliki daya penggerak positif yang luar biasa.
Kepepet hanya memberi dua pilihan pada kita: menang atau kalah. Menurut ilmu psikologi, justru posisi kepepet ini mempunyai kekuatan yang besar yang membuat kita melakukan hal-hal yang luar biasa yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Kita berjuang mati-matian dalam posisi kepepet, karena tak ada pilihan lain. Kepepet memberikan semangat, energi dan kekuatan untuk maju dan mengalahkan rintangan.
Ada kisah menarik yang pernah saya baca tentang betapa hebatnya kekuatan dari keterdesakan ini. Suatu ketika sekelompok pasukan yang berada di atas satu kapal terkepung oleh kapal-kapal pasukan musuh. Karena melihat kekuatan yang tidak berimbang, beberapa anggota pasukan meminta pemimpin mereka untuk menyerah. Ada pula yang meminta pemimpin untuk melarikan diri. Apa yang dilakukan oleh sang pemimpin? Dia meminta semua pasukannya keluar dari kapal dan membakar kapalnya. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi pasukan tersebut kecuali menang atau mati. Tindakan pemimpin ini memicu semangat yang luar biasa pada semua anggota serdadu, sehingga mereka berjuang mati-matian penuh semangat untuk mengalahkan musuhnya.
Dari kejadian ini, kita dapat memetik dua pelajaran penting sekaligus. Pertama, kepepet memicu semangat luar biasa untuk mengalahkan rintangan. Kedua, kepepet menjadikan kita berfokus pada satu hal. Dan fokus ini akan menjadikan seseorang berpikir lebih jernih dan berusaha maksimal untuk menggapai sukses.
Read More..

PERTAMA, TERBAIK, DAN TERUNIK

Ketiga kata di atas saya ambil dari ungkapan/frase yang agak panjang, begini bunyinya: "Berusahalah sekeras mungkin sehingga Anda bisa menjadi yang pertama atau pelopor. Kalau yang pertama sudah ada, cobalah menjadi yang terbaik. Kalau yang pertama dan terbaik sudah ada, cobalah menjadi yang terunik."
Kalau dicermati lebih dalam, ungkapan di atas sangat menarik. Konsep ini bisa dijalankan dalam bidang apapun dan dimanapun, baik ketika masih bersekolah, berperilaku, bekerja, berbisnis, dan lain sebagainya. Dua kata pertama (pertama dan terbaik) tak perlu lagi disanggah kebenarannya. Bagaimana dengan kata ketiga yaitu terunik? Terunik atau lain dari yang lain merupakan konsep yang sekarang ini semakin gencar dibicarakan dan diupayakan.
Dalam dunia bisnis, konsep yang disebut differentiation ini telah lama dikenal. Sebuah bisnis atau entitas perlu membedakan produk, jasa atau organisasi secara keseluruhan sehingga mudah dikenal oleh pelanggan atau klien.
Menjadi yang terunik memang bukan perkara gampang. Diperlukan sudut pandang yang berbeda atau bahkan nyleneh dari pakem-pakem yang telah ada. Selain itu, keunikan juga menuntut daya inovasi dan kreativitas yang tinggi.
Keinginan kuat untuk menjadi unik dan didukung upaya keras dan konsistensi dapat mendorong seseorang untuk melewati dua kata sebelumnya, pertama dan terbaik. Sehingga tidak jarang bahkan mereka yang terunik adalah sekaligus yang pertama dan terbaik.
Dalam pengembangan diri pribadi, keunikan bisa berupa kerendahan hati, sikap optimis, suka menolong orang lain, sikap positif, kerja keras, dan masih banyak lagi. Keunikan diri yang digali lebih dalam dan dipraktekkan secara konsisten akan menjadikan seseorang sukses.
Read More..

Sunday, November 1, 2009

MENGATASI KETAKUTAN DALAM MEMULAI BISNIS BARU

Seperti telah saya kemukakan pada tulisan sebelumnya (Memulai Bisnis Baru) , salah satu penghalang terbesar di dalam memulai bisnis atau usaha baru adalah ketakutan atau kekhawatiran. Ketakutan ini menjadikan seseorang menjadi "kalah sebelum bertanding". Mereka merasa ditakdirkan untuk kalah sehingga tidak punya keyakinan menang. Terlalu banyak ketakutan yang ada dalam pikiran mereka, misalnya:

Bagaimana kalau saya tidak mampu menciptakan produk atau jasa yang diinginkan konsumen?
Bagaimana kalau dagangan saya tidak laku?
Kalau bisnis saya merugi, bagaimana nasib anak dan istri saya?
Dari mana saya mendapatkan modal?
Bagaimana komentar teman-teman kalau saya membuka usaha ini?


Daftar pertanyaan pesimistik ini bisa diperpanjang menjadi ratusan halaman. Intinya bukan terletak pada aspek-aspek teknis yang menjadi isi pertanyaan itu. Intinya terletak pada diri sang calon enterpreneur itu sendiri. Enterpreneur sejati yang bermental pemenang telah menyiapkan jawaban-jawaban bagi mereka sendiri. Sedangkan yang bermental pesimistik biasanya mengharapkan jawaban-jawaban dari orang lain.
Kalau dicermati lebih mendalam, segala ketakutan itu berpusat pada satu hal, yaitu resiko kegagalan. Seringkali kita bersikap sangat konservatif terhadap resiko yang berkaitan dengan uang. Tapi tak jarang diantara kita yang tak segan mengambil resiko yang berkaitan dengan nyawa mereka sendiri. Diantara mereka yang enggan berbisnis karena takut merugi, ada yang punya kebiasaan ngebut di jalanan. Lucu bukan? Takut kehilangan uang karena gagal berbisnis, tetapi tidak takut kehilangan nyawa di jalanan?

Kita bisa menganalisis ketakutan untuk berbisnis itu dari berbagai sudut pandang, terutama psikologi dan budaya. Dari sisi psikologi, pesimisme itu mencerminkan adanya inferiority complex. Mereka merasa inferior, tidak berarti, kecil, miskin, tidak berguna bagi orang lain, dan seterusnya. Masalah di balik inferiority complex yang harus segera diatasi adalah rendahnya kepercayaan diri (self-confidence).

Masalah ini bisa diatasi dengan mengubah sudut pandang Anda terhadap bisnis itu sendiri. Jangan merasa terhina kalau Anda harus berjualan sesuatu, atau harus merintis bisnis pada suatu bidang. Justru itu harus dipahami sebagai "panggilan" untuk memainkan peran Anda lebih baik dalam kehidupan ini.

Dari sisi kultural, masyarakat kita memang belum terkategori sebagai enterpreneur society atau masyarakat wirausahawan. Masyarakat kita masih bercorak masyarakat ambtenaar, dimana penghormatan sosial tertinggi diberikan kepada pegawai negeri. Lihat saja fenomena pendaftaran untuk menjadi pegawai negeri. Peminatnya membludak. Bahkan, ada yang rela membayar Rp 50 juta hanya untuk menjadi seorang pegawai negeri. Kalangan pengusaha dianggap sebagai orang yang hanya peduli pada keuntungan finansial, dan karena itu mereka dianggap lebih rendah kastanya ketimbang pegawa negeri atau priyayi.
Akan tetapi, zaman telah berubah. Tak selamanya corak masyarakat ambteenar dapat bertahan. Era informasi memberi kontribusi nyata untuk mengangkat citra kalangan pebisnis. Di kota-kota besar, pengusaha telah menjadi cita-cita lebih banyak anak usia sekolah. Kisah sukses pengusaha-pengusaha besar dibaca dengan kagum.

Di masa depan ukuran kesejahteraan manusia buakn lagi tergantung pada berapa penghasilan seseorang, tapi waktu luang yang Anda nikmati bagi keluarga Anda. Anda akan lebih bebas menyalurkan minat dan kesenangan Anda, lebih leluasa mendampingi anggota keluarga, dan semakin berbahagia. Dan jalur tercepat menuju ke arah itu adalah melalui bisnis.

Memang, banyak orang akan mencibir ketika mendengar ide Anda untuk memulai bisnis sendiri. Mereka berpendapat, teori sih gampang tapi prakteknya bukan main sulitnya. Cibiran ini ada benarnya juga. Memang bisnis selalu tidak semudah memikirkannya. Namun bukankah berpikir itu sendiri sudah menjadi tahap awal untuk memulai bisnis?
Setiap orang pasti mempunyai beberapa keahlian. Bagaimana melihatnya? Pertama, kenali diri sendiri. Kedua, sadari bahwa setiap pekerjaan selalu ada tiga domain: manusia, data dan peralatan. Tinggal pilih, Anda ada dimana? Kunci penting lainnya adalah menyenangi apa yang dilakukan, betapapun beratnya.

Seperti juga telah saya kemukakan pada tulisan tentang ikan yang pesimis, berikut ada contoh lain betapa cara kita berpikir akan sangat berpengaruh pada cara kita bertindak. Gede Prama pernah berkisah tentang anak burung elang yang diasuh oleh induk ayam. Apa yang terjadi? Si anak elang ini tidak bisa terbang karena dalam pikirannya ia adalah seekor anak ayam. Ya, pikiran dapat mendeterminasi hasil dari serangkaian tindakan.

Anda masih tidak percaya? Coba buktikan tips kecil berikut ini. Mintalah seorang teman Anda berdiri tegak dan memejamkan mata di depan Anda. Kemudian mintalah dia mengangkat lurus kedua tangannya ke samping setinggi pundak . Setelah itu, mintalah teman Anda untuk berkonsentrasi pada kata "LEMAH". Coba Anda turunkan kedua tangan orang itu. Dia akan menurunkan tangannya dengan ringan.

Sekarang, ulangi lagi dan minta ia berkonsentrasi pada kata "KUAT". Coba lagi Anda turunkan kedua tangan orang itu. Apa yang terjadi? Semakin kuat Anda menurunkan tangannya, semakin kuat pula ia akan bertahan.
DUA KATA SEDERHANA – DUA HASIL YANG SANGAT BERBEDA!

Jika kata begitu kuat pengaruhnya, pikirkanlah apa yang akan terjadi jika Anda menyebut diri sendiri "bodoh" atau yang lebih buruk lagi.
Semoga bermanfaat...
Read More..