Masa-masa paling indah dalam hidup kita adalah masa dimana kita mampu bangkit dari kejatuhan yang dalam. Satu kuncinya: Keinginan untuk berubah dan disiplin untuk melakukannya.
Saya memulai babak kehidupan baru, atau saya menyebutnya lahir baru, pada tahun 2003 ketika usia mencapai 28 tahun. Pada masa itulah saya melihat diri saya adalah orang yang berbeda dari sebelumnya. Dari yang sebelumnya menjalani hidup berjalan apa adanya tanpa makna, saya berubah menjadi orang yang begitu bersemangat dan bahagia. Dua kata terakhir ternyata memiliki korelasi yang kuat. Awalnya saya hanya mengupayakan dan mempraktekkan semangat hidup dalam berbagai hal. Saya selalu mengucapkan kata Semangat!! Semangat!! setiap hari sebelum memulai apapun. Tanpa saya sadari ternyata efeknya luar biasa. Saya bahkan mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya jauh dari bayangan saya. Sebagai contoh, saya mampu bekerja tak kenal lelah menerjemahkan naskah-naskah berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia lebih dari 15 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Tidur hanya 3-5 jam setiap hari selama bertahun-tahun.
Efek lain dari semangat yang saya tempakan pada diri sendiri adalah perasaan yang selalu gembira dan optimis. Saya yang awalnya minder dan kuper (kurang pergaulan) menjadi ringan dalam bergaul dan menghadapi beragam tantangan. Saya sangat bersyukur berkali-kali mendapatkan cobaan hidup. Bahkan yang terberat sekalipun, yang membuat saya hampir gila. Ini telah membentuk jiwa positif di dalam diri saya. Ketika saya menemukan suatu masalah, saya berkata kepada diri sendiri, Ah, kemarin saja saya mampu melewati masalah yang membuat saya hampir gila. Ini tidak berarti mengecilkan masalah, namun memompa diri untuk berpikir dan bersikap positif dan optimis. Bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Bahkan kalau kita berpikir lebih jauh lagi, setiap masalah pasti membawa solusinya masing-masing. Bukankah Tuhan juga tidak akan memberi kita masalah yang di luar kemampuan kita untuk mengatasinya?
Saya menyadari betapa penting dan kuat hubungannya sikap positif ini terhadap kesuksesan. Karena sikap adalah segalanya. Karena sikap adalah pondasi bagi apapun yang kita lakukan.
Satu hal yang perlu saya tekankan dalam hal sikap positif adalah bahwa: Kita tidak dapat memiliki sikap positif hanya dengan membaca sebuah buku. Yang perlu kita lakukan dari buku-buku yang mengupas tentang sikap positif adalah mempelajarinya, memikirkannya, mengatakannya, dan yang terpenting, mempraktekannya dalam setiap menit kehidupan sehari-hari. Ini memerlukan disiplin diri. Dan disiplin pun tidak bisa kita peroleh hanya dengan membaca buku. Buku-buku tentang sikap positif tidak akan bisa mengubah disiplin atau pola berpikir kita; mereka hanya memberi kita pelajaran-pelajaran yang dapat diambil. Disiplin berfokus pada diri kita. Disiplin memerlukan upaya yang terus-menerus.
Dari mana sikap positif berasal? Ia berasal dalam diri sendiri. Sikap positif tidak berhubungan dengan apa yang terjadi pada diri kita, tetapi apa yang kita lakukan dengan kondisi yang terjadi pada diri kita dan bagaimana reaksi kita terhadapnya. Sikap positif berasal dari kemampuan kita untuk memproses pikiran dengan cara positif, apapun kondisi yang melingkupi kita. Dan, seperti semangat yang selalu saya katakan dan praktekkan, sikap positif tidak pernah 100% kita alami. Meskipun kita telah dan harus mengupayakan bersikap positif setiap saat, ada masa dimana sikap ini akan naik dan turun mengikuti proses berpikir dan sekuat apa kita terhadap lingkungan luar. Berita baiknya adalah bahwa semakin Anda bergulat dan mempraktekkan sikap positif, semakin kecil kerentanan kita terhadap aspek negatif.
Dari perspektif itulah saya bisa menjalani hidup dengan riang. Tiada hari yang saya lewatkan tanpa bersenandung.
Selain itu, saya juga semakin mampu membuat joke/lelucon. Joke yang saya keluarkan bukan hanya untuk menghibur orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri. Artinya ketika orang lain tertawa mendengar joke saya, sayapun ikut tertawa karenanya.
Kondisi ini tidak terjadi dengan sendirinya. Seperti pikiran positif, kebahagiaan akan datang jika kita berpikir bahwa ia akan datang. Kebahagiaan akan muncul jika kita memunculkannya. Sebagai tambahan, kita mendapatkan pikiran positif dan kebahagiaan sepanjang hidup kita. Keduanya berkaitan erat dengan keluarga, lingkungan, teman, dan apapun yang terpapar pada kita. Selain itu keduanya juga didasarkan pada pengalaman kita di sekolah, dengan teman, pada pekerjaan, dan episode-episode lain yang membentuk hidup kita.
Pelajaran yang dapat kita tarik dari penjelasan tersebut adalah bahwa jika kita tumbuh di dalam keluarga yang tidak bahagia, maka diperlukan perjuangan keras untuk bisa menjadi orang yang bahagia. Ini juga yang telah menimpa saya. Ketika perkawinan pertama saya yang hanya bertahan kurang dari dua tahun adalah disaster, maka saya harus berjuang luar biasa keras untuk menjadi seperti yang sekarang. Bagaimana dengan mereka yang mengalaminya lebih lama? Tentu saja diperlukan upaya yang jauh lebih keras lagi, yang seringkali harus melibatkan pihak lain. Melibatkan orang lain pun kadang-kadang malah menambah masalah bagi seseorang, jika ia salah dalam memilihnya.
No comments:
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar / kritik / saran Anda di bawah ini...