Tuesday, January 12, 2010

PERBEDAAN ANTARA ORANG KAYA DAN MAKMUR

Kaya (rich) pada umumnya mengacu pada pemilikan aset atau harta yang relatif lebih banyak dari orang kebanyakan. Jika rata-rata orang Indonesia tidak mempunyai mobil, maka mereka yang memilikinya dapat disebut kaya. Satuan kaya adalah uang.
Sementara, makmur (wealthy), menurut Robert Kiyosaki dalam bukunya Cashflow Quadrant, adalah lamanya seseorang dapat mempertahankan standar hidupnya tanpa harus bekerja. Kemakmuran adalah kemampuan aliran kas dari aset produktif atau penghasilan pasif seseorang memenuhi standar kehidupan normal. Jadi, satuan makmur adalah waktu.
Contohnya, jika pengeluaran bulanan Anda Rp 3 juta dan memiliki aset likuid 60 juta, kemampuan Anda bertahan hidup normal tanpa harus bekerja adalah 20 bulan. Namun, jika aset Anda itu produktif, Anda akan mampu bertahan lebih dari 20 bulan.
Lebih jauh lagi, jika aset itu mampu menopang kehidupan Anda selama beberapa dekade ke depan, karena menghasilkan kas lebih dari Rp 3 juta per bulan, Anda dikatakan telah mencapai kebebasan finansial.
Jadi, orang kaya belum tentu makmur, apalagi bebas finansial.
Pada umumnya, orang berpikir bahwa permasalahan utama hidupnya adalah uang, yang dikira dapat memecahkan masalah. Yang terjadi, saat penghasilan naik, pengeluaran hidup juga meningkat, penggunaan kartu kredit lebih sering sehingga utang membengkak. Orang seperti ini bukan semakin makmur, bahkan semakin jauh dari kebebasan finansial. Mereka tidak tahu bahwa yang penting bukan berapa banyak uang dapat dihasilkan, tetapi berapa banyak uang yang dapat disimpan dan berapa lama dapat membiayai hidup.
Banyak orang yang mendadak kaya karena warisan, menjadi selebriti, dan sebagainya. Namun karena tidak memahami kekuatan uang serta tak mampu mengendalikan diri, uang mereka juga keluar begitu cepat. Bukannya membeli aset produktif, seperti saham, obligasi, atau properti untuk disewakan, mereka membeli rumah yang lebih besar dan mobil mewah.
Jika rumah Anda yang harganya ratusan juga rupiah sudah nyaman, buat apa beli rumah baru yang lebih besar dengan harga miliaran rupiah? Bukankah lebih baik kalau dibelikan aset produktif dan bukan aset konsumtif? Rumah atau properti yang dapat disewakan dan memberikan return tahunan sekitar 10% adalah investasi. Tapi, vila yang tidak ditinggali atau rumah kedua yang tidak disewakan adalah kewajiban. Aset produktif mendatangkan kas masuk, sedangkan aset konsumtif menyebabkan kas keluar.
Rumah dan mobil lebih tepat dikelompokkan sebagai kewajiban (liability) dan bukan aset (asset).
Silakan membeli rumah yang lebih besar dan mobil mewah setelah Anda mencapai kebebasan finansial. Kuncinya adalah mampu mengendalikan diri dan dapat memisahkan keinginan dan kebutuhan.

No comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar / kritik / saran Anda di bawah ini...