Saturday, February 13, 2010

MOVING AVERAGE

Moving average merupakah salah satu alat bantu atau indikator analisis teknikal yang paling populer dan mudah digunakan. Moving average memperhalus serangkaian data dan mempermudah untuk melihat atau mengikuti arah trend, sesuatu yang sangat penting di bursa saham yang sering berfluktuasi. Moving average juga sebaiknya digunakan dengan indikator-indikator teknikal lainnya.
Dua tipe moving average yang paling populer adalah Simple Moving Average (SMA) dan Exponential Moving Average (EMA). Namun pada kesempatan ini saya akan membahas Simple Moving Average terlebih dahulu. Untuk EMA akan saya bahas pada kesempatan lainnya.
Simple moving average dibentuk dengan cara menghitung rata-rata (mean) harga dari sebuah saham pada periode waktu tertentu. Walaupun kita dapat membuat moving average dari harga-harga Open, High, dan Low, namun kebanyakan moving average dibuat dengan menggunakan harga penutupan. Sebagai contoh: simple moving average 5-hari dihitung dengan menambahkan harga-harga penutupan selama 5 hari terakhir dan membagi totalnya dengan 5.
100 + 110 + 120 + 130 + 140 = 600
(600 / 5) = 120
Kalkulasi ini diulangi terus untuk setiap harga di grafik. Rata-rata tersebut kemudian digabung sehingga membentuk satu garis kurva yang disebut garis rata-rata bergerak (moving average line). Melanjutkan contoh di atas, jika harga penutupan berikutnya adalah 150, maka periode baru ini akan ditambahkan dan hari terlama, yaitu 100, tidak dihitung lagi. Simple moving average 5-hari yang baru akan dihitung sebagai berikut:
110 + 120 + 130 + 140 + 150 = 650
(650 / 5) = 130
Dalam waktu dua hari, SMA bergerak dari 120 menjadi 130. Ketika hari berganti, maka hari yang pertama tidak disertakan dan moving average akan terus bergerak seiring berjalannya waktu.
Semua moving average disebut juga sebagai lagging indicators atau indikator yang ketinggalan atau mengikuti harga karena yang digunakan adalah data harga di masa lalu. Moving average TIDAK AKAN memprediksi perubahan trend, tetapi mengikuti trend yang sedang berlangsung. Karena itulah, indikator ini cocok digunakan sebagai indikator untuk mengikuti trend atau mengidentifikasi trend, dan bukan untuk memprediksi trend. Ketika harga berfluktuasi, maka moving average dapat berfungsi baik. Namun, jika harganya datar atau tidak berfluktuasi, moving average dapat memberikan sinyal yang salah.
Dengan dasar ini, investor dan trader pertama-tama harus mencari saham-saham yang menunjukkan karakteristik trending sebelum menganalisa dengan menggunakan moving average. Proses ini tidaklah harus berupa pengujian ilmiah. Biasanya, penilaian visual sederhana pada bagan harag dapat menentukan apakah suatu saham menunjukkan karakteristik trend.
Dalam bentuk yang paling sederhana, harga suatu saham dapat mengalami tiga trend: naik, turun, atau datar. Trend naik terjadi ketika suatu saham membentuk rangkaian penutupan harga tertinggi yang lebih tinggi dan harga terendah yang lebih tinggi. Trend turun tercipta ketika suatu saham membentuk serangkaian harga terendah yang lebih rendah dan harga tertinggi yang lebih rendah. Sementara trend datar tercipta jika suatu saham tidak dapat membentuk trend naik atau turun.

1 comment:

Silakan tinggalkan komentar / kritik / saran Anda di bawah ini...