Pada tulisan sebelumnya (MENGATASI KETAKUTAN DALAM MEMULAI BISNIS BARU), saya menyinggung betapa besar kekuatan pikiran dalam kehidupan kita. Kata bijak menyatakan: YOU BECOME WHAT YOU THINK. Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Pada tulisan lainnya lagi (IKAN YANG PESIMIS) saya juga menyinggung tentang dampak buruk dari pikiran negatif yang bernama pesimis.
Pada kesempatan ini saya ingin menambahkan kedua tulisan tersebut dengan membahas tentang label pada diri sendiri.
Sebagian besar dari kita, karena termasuk pada budaya low profile, tidak biasa atau segan untuk menggambarkan keadaan diri kita yang sebenarnya. Ada orang yang mengaburkan profesi dan organisasi tempatnya bekerja. Ada pula yang meyakini bahwa kita tidak boleh mengucapkan hal-hal yang baik kalau memperkenalkan diri. "Nanti dibilang sombong lagi…", demikian elak kebanyakan orang.
Coba kita ingat-ingat, seberapa sering kita menolak mengakui kesuksesan kita saat dipuji oleh orang lain? "Ah, itu mah kebetulan saja…". Kita tidak sadar atau lupa bahwa melabeli diri kita "apa adanya" atau "biasa saja" akan menjadikan kita tumbuh menjadi orang "biasa saja". Jadi, tidak menonjol dan tidak hebat, tidak memiliki spirit untuk memperbaiki diri.
Label seringkali dibuat oleh orang lain. Namun, bayangkan bila diri kita sendirilah yang membuat lebih banyak label negatif ke diri kita daripada positifnya. Anda dapat membuka tulisan saya yang lain (MEMOTIVASI DIRI SENDIRI) untuk hal ini.
Bagaimana kalau mulai sekarang kita membiasakan diri untuk melabeli diri kita secara positif? Bagaimana kalau kita tak mudah mengeluarkan keluhan dari mulut kita? Bagaimana kalau setiap masalah kita anggap sebagai tantangan? Tanpa terkesan menyombongkan diri, bagaimana kalau kita mengatakan bahwa kita adalah orang yang berdedikasi, result-oriented, berusaha menang dan menyambut setiap tantangan? Kejelasan label ini seketika menumbuhkan respek dari orang lain pada diri kita. Kita pun perlu menyadari bahwa semakin banyak kata yang mengandung tantangan tentang diri kita, semakin pula kita terdorong menjadi apa yang sudah kita gambarkan.
Mana yang akan Anda pilih, kecap tanpa label atau yang berlabel walaupun tidak terlalu terkenal? Sebagai individu kita tentu perlu memikirkan "branding" diri kita sendiri. Kita adalah chief branding officer dari diri kita. Kitalah yang perlu menciptakan sense of distinctiveness (hal ini dapat pula dilihat pada tulisan saya: MENJADI ORANG YANG BERBEDA).
Bagaimana caranya? Tidak terlalu sulit. Kita perlu mendeskripsikan gambaran seperti apakah yang kita ingin tonjolkan dari diri kita, konsep diri kita. Sebagai contoh, Anda yang suka bersosialisasi dapat berkata "saya suka bertemu dengan kawan baru". Mereka yang memiliki kelebihan di bidang tertentu dapat berkata, "saya senang belajar bahasa" atau "saya merasa tertantang bila ada masalah hitung-hitungan yang rumit". Tidak ada alasan untuk memberi label diri yang mengambang, bahkan tidak maju, seolah mengindoktrinasi diri untuk tidak maju. Banyak sekali label positif yang bisa dikenakan pada diri kita yang justru semakin menantang kita untuk berbuat lebih baik.
No comments:
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar / kritik / saran Anda di bawah ini...